STRATEGI SHIN TAE YONG "Outside The Box" vs "Inside The Box"
GARISTEBAL.COM- INI bukan soal. "Meludah naik ke Langit, muka juga yang basah"!
Ini bukan pula soal melawan timnas Vietnam yang "berkuasa" (senior dan berpengalaman). Yang berujung kekalahan Timnas Indonesia 0-1. Sejatinya, kekalahan ini sudah diprediksi sejak awal.
Empat "Nguyen": Nguyen Tien Linh (27), Nguyen Quang Hai (27), Nguyen Van Toan (28), dan Nguyen Filip (32), empat nama yang telah lama muncul. Jauh, sebelum "Coach" Shin Tae Yong (STY), dan Ketum PSSI Erick Thohir "potong" generasi, dalam revolusi sepak bola Indonesia.
Saya tidak ingin mengatakan, kemenangan Timnas Vietnam melawan Timnas 20-an tahun (Indonesia), lusa kemarin. Sebagai satu kemenangan kualitatif.
Kemenangan kualitatif, justru didapat Timnas Indonesia dengan "line up", dari 22 anggota skuad berusia belia. Bahkan 11 diantaranya adalah debutan Timnas senior. Dalam pelajaran matematika, saat saya SMA dulu, ada sub-bab yang disebut "modal".
Kurun jangka panjang, "matchday" ke-3 melawan tim berjuluk "Ngoi Sao Vang" (The Golden Star), adalah modal. Bagi pemain-pemain muda berbakat: Cahya Supriadi (kiper), Achmad Maulana (bek/tengah), dan Victor Dethan, merupakan pengalaman yang berkualitas.
Secara empiris, ini melatih mereka bertarung dalam kompetisi yang kompetitif. Melawan pemain-pemain "super" (senior) Vietnam seperti: Tien Linh, Quang Hai, Van Toan, Nguyen Filip, bukanlah "cek kosong". Ada residu yang berguna, sebagai bekal.
Vietnam, memang sedang kurang "kerjaan". Mereka tidak punya lagi target "reputable" untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Karena itu, ASEAN Cup menjadi ajang kompensasi untuk menghibur diri. "Membesarkan hati".
Hampir semua pemain senior, bahkan super senior Vietnam sudah "berkarat": Doan Ngoc Tan (30 thn), Vu Van Thanh (28), Nguyen Xuan Son (27), Nguyen Dinh Trieu (33 thn), Do Duy Manh (28), Bui Tien Dung (29), Pham Xuan Manh (28), Ho Tan Tai (27), Nguyen Thanh Cung (27), Le Pham Thanh Long (28), dan Chau Ngoc Quang (28).
Kemenangan Vietnam, yang mendapat perlawanan sengit darl Timnas Indonesia belia. Adalah sekadar kemenangan kuantitatif. Hanya kemenangan 'numeric' (angka), itu pun hanya 1-0.
Hal tersebut memperlihatkan keberanian pemain-pemain muda Asuhan STY: Achmad Maulana, Arkhan Fikri, dan Rivaldo Pakpahan, bertarung di lini tengah. Mereka tidak inferior menahan gempuran pemain-pemain bernilai Rp 126 milyar (Timnas Vietnam).
Berusia paling tinggi 25 tahun (Asnawi Mangku Alam), dan pemain termuda "bomber" Arkhan Kaka (17 tahun), Arhan Pratama (22 tahun), Dony Tri Pamungkas (19), Marselino Ferdinan (20), Kadek Arel (19), Mikael Tata (20).
Lalu, Rayhan Hannan (20), Arkhan Fikri (19), Victor Dethan (20), Hoki Caraka (20), Raffael Struick (21), Zanadin Fariz (20), Ronaldo Kwateh (20), Cahya Supriadi (21), Vietnam hanya menang kuantitatif terhadap Timnas muda Indonesia.
Kita berani mengatakan, di bawah asuhan STY, terutama: Cahya Supriadi, Achmad Maulana, dan Victor Dethan, akan menjelma menjadi pemain-pemain bermutu, dan cepat disemai (dipanen).
Ketenangan Achmad Maulana di garis pertahanan. Kecepatan Victor Dethan menerobos, dengan bola "lengket" berhadapan dengan Nguyen Filip. Serta responsif Cahya Supriadi menahan tendangan penyerang Vietnam. Adalah modal.
Lupakan kekalahan, dan "frustrasi" Vietnam hingga menit ke-75. Lupakan kekalahan tipis yang nyaris bermain draw. Lupakan kekurangan Achmad Maulana dkk di Stadion Viet Tri (Hanoi), beberapa hari lalu.
Hasil draw Laos vs Filipina (1-1), sangat menguntungkan Timnas Indonesia. Sekalipun kita kalah lawan Vietnam. Pertandingan terakhir Indonesia vs Filipina (21/12) di Stadion Manahan (Solo) adalah kunci untuk lolos mendampingi Vietnam (semisal juara Group) ke semifinal.
Laos dan Filipina yang masing-masing baru mengumpulkan dua poin. Tak akan mampu mengejar Indonesia dengan tujuh poin (sekarang 4). Seandainya mampu mengalahkan Filipina dengan skor berapa pun. Laos, semisal menang lawan Myanmar, maksimal hanya 5 poin.
Apa yang dilakukan 'coach' Shin Tae Yong (STY) sudah baik. Berkebalikan dengan pelatih Vietnam Kim Sang-sik(KSS). STY berpikir "Outside The Box".
STY berani melakukan eksperimen dengan risiko tidak juara. Sementara Kim Sang-sik, tak berani bereksperiman yang bermanfaat untuk "kaderisasi". Kim Sang-sik tetap menggunakan "Inside The Box".
Pemain tersebut terbukti Unggul. Dengan begitu, Vietnam ingin menjuarai ASEAN Cup 2024 lewat pemain-pemain mayoritas berusia di atas 27 tahun. Secara konvensional (alur vertikal), itu betul.
Namun bola itu "bundar". Dia bisa berkelok-kelok, membingkai dan mengelabui asumsi. Apalagi, boleh jadi Kim Sang-sik, dibatasi oleh asumsi dari dirinya sendiri.
Meski kalah 0-1 dari Vietnam. Timnas Indonesia tetap disebut "menang". Bila bisa mengalahkan Filipina di "matchday" ke-4 (terakhir) dan masuk ke semifinal.
Bisa jadi, Timnas Indonesia bertemu Vietnam lagi, di partai puncak (final), 5 Januari 2025 mendatang. Bola itu bundar!
Penulis: Sabpri Piliang, Wartawan senior
Post a Comment for " STRATEGI SHIN TAE YONG "Outside The Box" vs "Inside The Box""