DINASTI POLITIK Antara Assad dan Gemayel: Antara Bassil dan Bashir
Presiden Suriah Bashar Al-Assad, dan Presiden Lebanon Amin Gemayel, bukanlah sosok yang dipersiapkan sebagai suksesi berkelas. Keduanya "dipaksa" untuk melanjutkan suksesi oleh rezim otoritarian Suriah, dan kelompok Phalangist/Kataeb (Lebanon)
GARISTEBAL.COM- POLITISI hebat, umumnya "mati muda". Bassil Al-Assad (Suriah), dan Bashir Gemayel (Lebanon), adalah dinasti politik yang dipersiapkan. Sayangnya mereka "mati muda".
Keduanya adalah anak muda yang berbakat. Hebat! Dirancang dalam kurun lama, diberi pendidikan militer, diplomasi, magang, dan tugah-tugas berat oleh sang ayah.
Ayah mereka Hafezh Al-Assad (Suriah), Pierre Gemayel (Presiden Lebanon), tidak main-main.
Bassil Al-Assad, sebelum benar-benar menggantikan ayahnya. Sempat menjadi kepala keamanan Presiden, dan mengenakan seragam militer pada acara-acara kenegaraan.
Sebagai seorang Doktor bidang militer, juga menyelesaikan pendidikan insinyur sipil, Bassil telah ditempa oleh Hafezh Al-Assad selama bertahun-tahun. Ketika sang ayah menjadi Presiden (1971), Bassil masih berusia sembilan tahun.
Melihat kharisma Bassil, dan publik juga menyukai "approach"nya kepada rakyat. Saat berumur 29 tahun (1991), Bassil mulai diperkenalkan kepada pemimpin-pemimpin Eropa dan Liga Arab.
Raja Hussein (Yordania), Raja Fahd (Arab Saudi), sempat melihat kiprah, dan mengenalnya. Lebanon yang terus diterpa pergolakan dan Perang saudara, menjadi tugas Bassil untuk menanganinya.
Lebanon, adalah negara penyangga (buffer zone) bagi Suriah, untuk membendung pengaruh Israel. Terlebih faksi-faksi di Lebanon satu sama lain terafiliasi dengan negara-negara yang bermusuhan.
Kelompok Phalangist (Partai Kataeb) yang dipimpin oleh Pierre Gemayel (Ayah Bashir Gemayel dan Amin Gemayel) dikenal dekat dengan Israel. Sementara Amal Syiah (pimpinan Nabih Berry) dan Hezbollah terafiliasi dengan Suriah dan Iran.
Karena itu, hampir semua pemimpin sekte Lebanon (Druze, Amal Syiah, Meronite, Hezbollah), mengenal Bassil sebagai utusan diplomasi Suriah yang handal.
Fasih berbahasa Rusia, Perancis, dan Arab, Bassil memang tumpuan harapan Hafezh Al-Assad. Bukan Bashar Al-Assad (Presiden terguling). Sayangnya, di usia ke-32 tahun. Masih beberapa "pelajaran" (ilmu) lagi untuk memasuki jenjang suksesi, Bassil mengalami kecelakaan mobil di Kota Damaskus. Dia berpulang.
Secara harfiah. Kematian Bassil, "wajar". Kecelakaan karena kabut tebal. Namun, tetap saja muncul skeptifitas. Dalam dunia politik, banyak varian yang bisa dikaitkan. Terintegrasi dan terinterpretasi. Pokoknya, Bassil Al-Assad telah menjadi "rising star" ketika itu.
Analisa kita menjadi menarik. Yaitu, 12 tahun sebelumnya. Juga anak muda, kader dinasti politik di Lebanon. Seperti halnya Bassil, cerdas dan dipersiapkan matang (maturity). Bashir Gemayel mengakhiri harapan Pierre Gemayel, sang ayah.
Bashir yang masih belia, terbunuh oleh bom berdaya ledak tinggi (TNT/te-en-te).
Bashir Gemayel terbunuh di usia 34 tahun (1982). Sebelum terpilih sebagai Presiden ke-7 Lebanon (Agustus 1982), dia adalah pemimpin Pasukan Lebanon (1976) dalam usia 29 tahun.
Memiliki karier militer mumpuni dan terencana, Bashir Gemayel pernah ikut dalam Perang saudara Lebanon (1982) sebagai Komandan tempur. Sementara, dalam dunia politik dia aktif dalam Partai Kataeb (Phalangist).
Kematian Bashir Gemayel diketahui, berkait erat dengan keterlibatan Suriah di Lebanon. Dalam penyelidikan, disebut nama Habib Shartouni. Seorang anggota partai sosialis Suriah yang meledakan Bom dari tangannya.
Suriah khawatir, keberadaan Bashir Gemayel akan mempersulit Hafezh Al-Assad menyangga Lebanon. Keluarga Gemayel dikenal lebih pragmatis dalam menghadapi Israel. Bashir kemudian digantikan oleh kakaknya, Amin Gemayel, yang menjabat Presiden (1982-1988).
Lantas, apakah kematian lewat kecelakaan mobil Bassil Al-Assad (1994), atau 12 tahun kemudian. Ada motif pembalasan kelompok Phalangist (Partai Kataeb), atas kematian Bashir Gemayel (1982)? Wallahuallam. Namun, seorang putra Amin Gemayel juga terbunuh oleh kelompok Suriah di Lebanon.
Saya hanya ingin mengatakan. Presiden Suriah Bashar Al-Assad, dan Presiden Lebanon Amin Gemayel, bukanlah sosok yang dipersiapkan sebagai suksesi berkelas.
Keduanya "dipaksa" untuk melanjutkan suksesi oleh rezim otoritarian Suriah, dan kelompok Phalangist/Kataeb (Lebanon). Setelah kematian dua kadernya yang dipersiapkan secara matang.
Saya sebenarnya "kasihan" melihat Presiden Suriah terguling (Bashar Al-Assad). Dia bukan yang diinginkan, dan secara politis, Bashar tidak siap menghadapi pemberontakan di dalam Negeri. Selepas "Arab Spring" (2011).
Seandainya, tanpa sokongan Iran, Rusia, dan pasukan Hezbollah (Lebanon). Bashar Al-Assad telah lama terjungkal. Bahkan jauh sebelum "Musim Semi Arab" yang mengguncang, dan menyapu seluruh Timur Tengah.
Karena itu, wajar. Setelah Iran, Suriah, dan Hezbollah "lepas tangan". Bashar Al-Assad "exile', terusir ke Rusia. Karena, Bashar sejak awal bukanlah yang diinginkan sang ayah (Hafezh Al-Assad).
Penulis: Sabri piliang, Jurnalis senior di Jakarta
Post a Comment for " DINASTI POLITIK Antara Assad dan Gemayel: Antara Bassil dan Bashir"