Krisis Iklim, COP29, dan Harapan Global untuk Masa Depan Bumi
COP29 bukan sekadar forum diskusi, tetapi ruang bagi negara-negara untuk membuat keputusan nyata terkait mitigasi, adaptasi, dan pendanaan iklim.
GARISTEBAL.COM - Puluhan pemuda di Semarang, Jawa Tengah, Minggu pagi (24/11) menggelar unjuk rasa tentang krisis iklim. Mereka melakukan Longmarch dari jalan Pahlawan hingga Simpanglima Semarang.
Pengunjuk rasa membawa sejumlah spanduk bertuliskan “Krisis Iklim Adalah Krisis Kemanusiaan” dan “Lindungi Bumi, Lindungi Masa Depan”.
Aksi longmarch ini menjadi pengingat keras bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, tetapi kenyataan yang dihadapi saat ini. Namun, perhatian dunia sebenarnya terpusat pada perhelatan besar di Baku, Azerbaijan—tempat berlangsungnya Conference of the Parties (COP) ke-29, sebuah forum global untuk menyelamatkan planet ini.
COP29, yang digelar dari 11 hingga 22 November 2024, adalah pertemuan tahunan di bawah naungan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Dengan keanggotaan yang mencakup 197 negara dan Uni Eropa, COP menjadi wadah negosiasi dan evaluasi langkah-langkah untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius, sebagaimana diamanatkan oleh Paris Agreement. Konferensi ini dihadiri oleh ribuan delegasi, termasuk pemimpin negara, organisasi masyarakat sipil, pengusaha, akademisi, masyarakat adat, hingga kaum muda.
Negara-negara yang berpartisipasi dalam COP29 sangat beragam, mulai dari negara-negara industri besar seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, hingga negara-negara berkembang seperti Indonesia, Brasil, dan India. Negara-negara kecil yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti Maladewa, Kiribati, dan Fiji, juga hadir dengan membawa aspirasi agar suara mereka didengar dalam pengambilan keputusan global. Negara-negara penghasil bahan bakar fosil seperti Arab Saudi dan Rusia, yang sering menjadi sorotan dalam perdebatan iklim, juga turut terlibat dalam negosiasi yang bertujuan untuk mempercepat transisi menuju energi bersih.
Keputusan Terhadap Perubahan Iklim Global
COP29 bukan sekadar forum diskusi, tetapi ruang bagi negara-negara untuk membuat keputusan nyata terkait mitigasi, adaptasi, dan pendanaan iklim. Pada tahun ini, COP29 menyoroti transisi dari bahan bakar fosil ke energi bersih. Konsensus global mulai mengarah pada pengurangan emisi karbon secara signifikan, meskipun langkah ini membutuhkan pendanaan besar, terutama bagi negara-negara berkembang agar mereka dapat beralih ke energi terbarukan secara adil dan merata.
Dalam pertemuan ini juga, dukungan finansial untuk negara-negara rentan kembali ditegaskan. Negara-negara kepulauan kecil dan wilayah pesisir yang sudah mengalami dampak perubahan iklim memerlukan bantuan segera untuk menghadapi badai, banjir, dan kenaikan permukaan laut. Melanjutkan komitmen dari konferensi sebelumnya, tambahan miliaran dolar diumumkan untuk dana kerugian dan kerusakan.
Di sisi lain, adaptasi iklim menjadi perhatian utama dengan pembaruan kerangka kerja yang melibatkan berbagai sektor, seperti air, pangan, kesehatan, dan infrastruktur. Langkah ini bertujuan memperkuat daya tahan masyarakat terhadap bencana iklim dengan pendekatan yang lebih menyeluruh dan inklusif. Selain itu, integrasi ekosistem alam dalam aksi iklim juga mendapatkan sorotan penting. Hutan, lautan, dan keanekaragaman hayati diakui sebagai bagian integral dari solusi global untuk menyerap karbon dan menjaga keseimbangan ekologi. Deklarasi kesehatan iklim dan transformasi sistem pangan menjadi wujud komitmen untuk menciptakan solusi konkret di masa depan.
Pentingnya COP 29 bagi Indonesia
Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia berada di garis depan krisis iklim. Kenaikan permukaan laut, deforestasi, kebakaran hutan, dan bencana hidrometeorologi adalah bukti nyata bahwa Indonesia tidak kebal terhadap perubahan iklim. Dana kerugian dan kerusakan yang disepakati dalam COP29 bisa dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur tahan iklim, seperti tanggul pesisir, pengelolaan air bersih, dan restorasi ekosistem mangrove. Dengan potensi energi terbarukan yang besar, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi, Indonesia juga memiliki kesempatan besar untuk menjadi pemain utama dalam transisi energi global. Selain itu, dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia dan kekayaan laut yang luar biasa, Indonesia memiliki modal besar untuk mendukung konservasi alam sebagai solusi iklim.
COP29 tidak hanya menghadirkan keputusan-keputusan besar, tetapi juga memberikan ruang bagi masyarakat muda untuk berpartisipasi aktif dalam aksi iklim. Dukungan ini memberikan harapan baru bagi generasi muda Indonesia untuk mengambil peran dalam melindungi masa depan bumi, seperti yang ditunjukkan oleh para pemuda di Semarang.
Baku, Azerbaijan, telah menjadi saksi dari diskusi dan keputusan yang menentukan arah masa depan planet ini. Namun, keberhasilan COP29 tidak hanya ditentukan oleh resolusi yang dibuat di ruang-ruang konferensi.
Aksi nyata dari semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat sipil, menjadi kunci untuk memastikan komitmen ini terwujud. Dunia sudah tidak punya waktu untuk ragu atau menunda. Sebagaimana disuarakan oleh para pemuda di Semarang, “Kami tidak bisa menunggu lebih lama.” Saatnya bertindak, bukan hanya untuk generasi kita, tetapi untuk generasi yang akan datang. COP29 adalah langkah awal; langkah selanjutnya ada di tangan kita semua.
Peliput: Ardiyansyah
Post a Comment for " Krisis Iklim, COP29, dan Harapan Global untuk Masa Depan Bumi"