Fragile dan Keabadian Musik Progresif Rock: Sebuah Renungan
Fragile bukan sekadar album; ia adalah sebuah gerbang, sebuah pintu yang membuka lebih banyak ruang dalam pemahaman saya tentang musik.
GARISTEBAL.COM- Tanggal 26 November 2024 kemarin menandai ulang tahun ke-53 album Fragile dari Yes, sebuah karya yang hingga kini tetap relevan, membawa pendengarnya ke dunia yang lebih luas dan mendalam. Bagi saya, yang hampir se-usia album ini, Fragile bukan sekadar album; ia adalah sebuah gerbang, sebuah pintu yang membuka lebih banyak ruang dalam pemahaman saya tentang musik. Musik yang, bagi saya, lebih dari sekadar hiburan, tetapi sebuah cara untuk mengukur kehidupan.
Masa muda saya, seperti kebanyakan orang seumuran, diwarnai oleh kaset, walkman, dan kompo. Alat-alat ini, meskipun sederhana dalam teknologi, memberikan saya kebebasan untuk tenggelam dalam dunia musik yang tak terbatas. Tidak ada yang lebih memuaskan selain menggulung kaset ke dalam walkman, menekan tombol play, dan membiarkan alunan musik mengisi ruang di sekitar saya, terutama musik seperti Yes. Dan Fragile adalah salah satu yang paling membekas.
Album ini, dengan segala kompleksitas dan kedalamannya, tidak hanya memikat dengan permainan alat musik yang menakjubkan, tetapi juga dengan cara ia mampu berbicara langsung kepada jiwa. Tidak bisa dipungkiri, Yes, di bawah pengaruh maestro Rick Wakeman yang baru bergabung, menghadirkan sesuatu yang jauh lebih dari sekadar sebuah album rock. Fragile adalah potret musikal dari masa itu, sebuah karya yang, meskipun berusia lebih dari setengah abad, tidak kehilangan relevansinya.
Yes: Pionir Progressive Rock
Bicara tentang Fragile, kita tak bisa mengabaikan bahwa Yes adalah salah satu pionir utama dalam perkembangan genre progressive rock. Ketika musik rock pada awal 70-an mulai menunjukkan kecenderungan untuk lebih eksperimental dan kompleks, Yes menjadi pelopor dalam menggabungkan elemen-elemen klasik, jazz, dan rock dalam komposisi yang jauh lebih ambisius.
Sebelum Fragile, Yes telah merintis jalan mereka dengan album-album seperti Yes dan Time and a Word. Namun, pada Fragile, mereka benar-benar memadukan keterampilan teknis dan ekspresi artistik mereka dengan cara yang sangat baru. Dengan bergabungnya Rick Wakeman, yang membawa latar belakang musik klasik, mereka menambah dimensi baru dalam musik mereka—mewakili esensi prog rock itu sendiri: tidak ada batasan untuk berinovasi, bereksperimen, dan mengekspresikan ide dalam bentuk yang lebih luas.
Seperti yang kita lihat, Yes memimpin gelombang pertama dari gelombang band-band prog rock yang mengubah lanskap musik, seperti Genesis, King Crimson, dan Emerson, Lake & Palmer. Mereka tak hanya menciptakan karya musik yang epik, tetapi juga memberi inspirasi bagi generasi berikutnya, yang ingin mengeksplorasi musikalitas lebih dalam.
Makna Filosofis di Balik Fragile
Di balik keindahan musikalnya, Fragile juga menyimpan makna filosofis yang dalam. Salah satu tema utama yang bisa kita petik adalah harmoni dalam perbedaan. Dalam album ini, masing-masing anggota Yes diberi ruang untuk mengekspresikan kemampuan solonya, menciptakan karya yang kompleks namun tetap utuh. Ini mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan, meskipun kita memiliki perbedaan—baik dalam karakter, pemikiran, atau pengalaman—kita tetap bisa menciptakan sesuatu yang lebih besar jika kita mampu bekerja sama dan menghargai keberagaman.
Selain itu, tema pencarian dan perjalanan spiritual yang hadir dalam lagu Roundabout menjadi simbol dari pencarian diri yang terus-menerus. Seperti perjalanan dalam kehidupan, kita terus bergerak, berputar, dan mencari makna dalam setiap langkah, meskipun terkadang kita merasa jauh dari tujuan.
Ada juga pesan tentang penyatuan antara logika dan emosi dalam Fragile. Meskipun penuh dengan komposisi musik yang rumit, album ini tetap memiliki kekuatan emosional yang mendalam. Seperti dalam hidup, kita sering kali harus menyeimbangkan intelektualitas dan perasaan, agar tercipta harmoni yang sejati.
Tak kalah penting adalah tema tentang waktu dan keabadian yang begitu terasa dalam lagu-lagu Yes. Dengan umur lebih dari lima dekade, Fragile tetap hidup, menginspirasi dan menggugah jiwa para pendengarnya. Ini menunjukkan bahwa karya seni, seperti halnya musik, memiliki kemampuan untuk melampaui waktu dan tetap relevan sepanjang generasi.
Solos yang Membumi
Satu hal yang membuat Fragile begitu istimewa adalah bagaimana masing-masing anggota band diberi ruang untuk berkreasi melalui solonya. Wakeman dengan Cans and Brahms, Squire dengan The Fish, dan Howe dengan Mood for a Day—semua memberikan warna yang sangat berbeda, tetapi tetap berfungsi untuk menciptakan harmoni yang lebih besar. Di sini, Yes tidak hanya menunjukkan kemampuan teknis mereka, tetapi juga menunjukkan kedewasaan musikal mereka, bahwa kadang-kadang, dalam progresi musik yang begitu rumit, kesederhanaan bisa menjadi kekuatan.
Fragile mencerminkan semangat berani untuk bereksperimen dan berinovasi. Di dalam politik, seperti dalam musik, kita membutuhkan keberanian untuk mengeksplorasi ide-ide baru, untuk memecah batasan-batasan yang ada, dan menemukan cara untuk menggabungkan elemen-elemen yang berbeda menjadi satu kesatuan yang lebih besar. Fragile mengajarkan saya bahwa dalam setiap harmoni yang tercipta, ada ruang untuk perbedaan, ada ruang untuk improvisasi, dan yang terpenting, ada ruang untuk keindahan.
Dari Kaset ke Streaming
Dulu, mendengarkan Fragile di kaset sambil berjalan di jalan-jalan kota dengan walkman adalah salah satu cara saya menyelami dunia musik progresif. Ketika itu, setiap lagu terasa lebih hidup, seolah-olah saya sedang berada di dalamnya, di dalam setiap perjalanan musikal yang mereka ciptakan. Kini, dengan kemajuan teknologi, saya bisa mendengarkan album ini di mana saja, melalui streaming atau digital download, tetapi sensasi yang saya rasakan tetap sama—musikalitas Yes tetap menggetarkan hati saya dengan cara yang tidak pernah berubah.
Pada usia 53 tahun, Fragile tetap menunjukkan daya tarik yang tak tergerus oleh waktu. Bagi saya, ini adalah album yang lebih dari sekadar musik. Ini adalah karya seni yang mengingatkan kita akan pentingnya keberanian untuk berinovasi, untuk mempertahankan integritas artistik, dan untuk terus mengeksplorasi tanpa batas. Tidak ada batasan dalam musik, dan Fragile adalah bukti bahwa keindahan sejati tidak pernah mengenal usia.
Jadi, pada ulang tahun ke-53 ini, saya akan terus mendengarkan Fragile, baik melalui kaset lama saya atau di perangkat digital, dengan cara yang sama seperti saat saya pertama kali mendengarkannya—dengan penuh kekaguman, dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam, dan dengan semangat untuk terus menyelami dunia musik progresif rock yang tak pernah berhenti berkembang.
Penulis: Denny Septiviant - Politisi PKB / Kolektor musik
Post a Comment for " Fragile dan Keabadian Musik Progresif Rock: Sebuah Renungan"