Sumpah Pemuda: Mengatasi Kegelisahan Generasi Y dan Z di Era Digital
Sejarah mencatat, dari masa ke masa, pemuda selalu menjadi agen perubahan sosial. Kini, saatnya untuk bangkit dan membuktikan bahwa masa depan Indonesia ada di tangan mereka.
GARISTEBAL.COM - 28 Oktober 1928 menjadi tanggal yang monumental dalam perjalanan bangsa ini. Ketika pemuda dari berbagai daerah menyatakan Sumpah Pemuda dengan mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.
Hampir satu abad kemudian, kita merayakan tonggak sejarah ini di tengah arus globalisasi dan perubahan sosial yang pesat. Di era ini, Generasi Y (Milenial) dan Generasi Z dihadapkan pada situasi yang penuh tantangan. Mereka tak lagi melawan kolonialisme fisik, melainkan ancaman ekonomi, politik, dan digital yang kompleks.
Generasi Y dan Z: Kegelisahan di Tengah Situasi Prekariat
Generasi Y dan Z saat ini hidup dalam dunia yang beragam dan penuh dengan peluang, tetapi juga dibayangi oleh ketidakpastian. Salah satu fenomena yang mencolok adalah munculnya golongan prekariat, sebuah kelompok sosial yang rentan dengan pekerjaan tidak pasti dan tanpa perlindungan sosial. Istilah prekariat, yang diperkenalkan oleh Guy Standing, kini mencakup mereka yang bekerja secara kontrak, freelance, dan temporer di berbagai sektor.
Di Indonesia, Generasi Z banyak terjebak dalam kondisi ini. Mereka bekerja sebagai driver online, pekerja lepas di sektor digital, hingga pekerja paruh waktu tanpa jaminan kerja yang jelas. Ketidakstabilan ini menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan, terlebih di tengah meningkatnya persaingan dalam pasar kerja. Survei yang dilakukan oleh BPS bahkan mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di kalangan pemuda mencapai 15,9%, jauh di atas rata-rata nasional. Kondisi ini menempatkan mereka dalam posisi sulit untuk meraih stabilitas ekonomi dan membangun kehidupan yang mapan.
Peluang Ruang Politik dalam Pilkada dan Pemerintahan Prabowo-Gibran
Di tengah kondisi tersebut, Pilkada dan pemerintahan baru Prabowo-Gibran menjadi harapan baru bagi Generasi Y dan Z. Pemerintahan baru perlu mengambil langkah konkret untuk merespons kegelisahan ini. Sebagai pemilih terbesar dalam Pemilu 2024, Generasi Y dan Z tidak lagi bisa diabaikan. Mereka membutuhkan kebijakan yang benar-benar pro-pemuda, terutama dalam hal lapangan kerja dan akses ekonomi.
Prabowo dan Gibran diharapkan membawa program yang fokus pada peningkatan keterampilan dan penyediaan lapangan kerja berbasis teknologi serta ekonomi kreatif. Program pelatihan kerja seperti Kartu Prakerja harus diperluas dengan pendekatan yang lebih inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan generasi muda. Pemerintah juga perlu memperkuat perlindungan sosial bagi para pekerja lepas melalui skema jaminan sosial yang lebih luas.
Kebijakan Politik yang Harus Diambil
Pertama, Prabowo-Gibran harus memprioritaskan kebijakan sosial yang melindungi golongan prekariat, baik melalui jaminan pekerjaan tetap maupun akses kesehatan dan asuransi sosial yang memadai. Ini termasuk pengembangan skema jaminan kehilangan pekerjaan (JKP) yang sudah diinisiasi oleh pemerintahan sebelumnya. Langkah ini sangat penting untuk mengurangi kerentanan Generasi Y dan Z di pasar kerja yang semakin fleksibel namun tidak stabil.
Kedua, pemerintah harus menciptakan peluang kewirausahaan yang lebih nyata bagi anak muda. Kredit murah dan akses modal bisa menjadi salah satu langkah untuk memacu semangat kewirausahaan. Namun, perlu ada program pendampingan dan pelatihan yang terstruktur agar anak muda bisa memanfaatkan modal tersebut secara efektif.
Ketiga, kebijakan perlu diarahkan untuk mendorong partisipasi pemuda dalam proses politik. Meskipun jumlah pemuda sangat besar, representasi mereka di parlemen dan posisi pengambil kebijakan masih minim. Pemerintah baru harus memperluas ruang partisipasi politik bagi Generasi Y dan Z melalui pelibatan mereka dalam perumusan kebijakan, baik di tingkat nasional maupun lokal.
Keempat, pemerintah harus fokus pada sektor pendidikan dan pelatihan. Pendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan industri dan pelatihan berbasis teknologi perlu diperkuat untuk menjawab tantangan era digital. Selain itu, pemerintah perlu mempermudah akses terhadap layanan pendidikan tinggi yang berkualitas, terutama bagi pemuda di daerah terpencil.
Masa Depan Generasi Y dan Z: Harapan di Tangan Pemuda
Hari Sumpah Pemuda ke-96 ini seharusnya menjadi pengingat bahwa pemuda adalah aktor kunci perubahan. Generasi Y dan Z memiliki potensi besar untuk membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Namun, potensi ini hanya bisa diwujudkan jika ada keberpihakan nyata dari pemerintah dalam bentuk kebijakan pro-pemuda yang inklusif dan adaptif.
Pemerintahan Prabowo-Gibran tidak hanya dituntut untuk memberikan janji, tetapi juga bukti konkret berupa kebijakan yang berkelanjutan. Dengan demikian, semangat persatuan dan kebersamaan dalam Sumpah Pemuda dapat diterjemahkan menjadi aksi nyata yang membawa kesejahteraan bagi generasi muda Indonesia.
Catatan Akhir
Di era yang penuh tantangan ini, Generasi Y dan Z harus terus bergerak dan memperjuangkan perubahan. Sejarah mencatat, dari masa ke masa, pemuda selalu menjadi agen perubahan sosial. Kini, saatnya untuk bangkit dan membuktikan bahwa masa depan Indonesia ada di tangan mereka. Pemerintah Prabowo-Gibran, harus mendukung mereka dengan kebijakan yang relevan dan berkeadilan.
Penulis : Denny Septiviant - Politisi PKB
Post a Comment for " Sumpah Pemuda: Mengatasi Kegelisahan Generasi Y dan Z di Era Digital"