Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Panji Sosrokartono: Si Jenius dari Jepara yang Tersembunyi dari Sejarah Bangsa



Salah satu kisah yang terkenal tentang kecerdasannya adalah ketika ia diterima bekerja di *The New York Herald* setelah lolos dari tes yang sangat sulit. Ia diminta memadatkan artikel panjang dalam bahasa Prancis ke dalam 30 kata dalam empat bahasa: Inggris, Spanyol, Rusia, dan Prancis. Kartono berhasil menyelesaikan tantangan itu dengan gemilang, membuktikan kapasitas luar biasanya dalam linguistik

Garistebal.com-Panji Sosrokartono adalah sosok luar biasa dalam sejarah Indonesia yang sering kali tersembunyi dan kurang dikenal dibandingkan tokoh-tokoh besar lainnya. Lahir pada tahun 1877 di Jepara, ia adalah kakak kandung dari pahlawan emansipasi perempuan, RA Kartini. Sosrokartono, atau lebih dikenal dengan panggilan akrab "Kartono," adalah seorang jenius multi-talenta yang memiliki pengaruh besar di dunia intelektual, diplomasi, dan pers internasional. Dalam perjalanan hidupnya, ia menunjukkan kemampuan yang sangat langka dalam penguasaan bahasa, diplomasi, dan pengabdian kepada bangsa, namun namanya jarang muncul dalam buku-buku sejarah populer.


Latar Belakang dan Keluarga

Kartono lahir dari keluarga bangsawan di Jepara, putra dari RM Sosroningrat, seorang bupati, dan M.A. Ngasirah, ibunda yang juga menginspirasi Kartini. Lahir dalam lingkungan aristokrat Jawa yang terbuka terhadap pendidikan modern, ia memiliki akses yang luas terhadap pengetahuan dan kebudayaan Barat, sesuatu yang tidak mudah diperoleh pribumi di bawah penjajahan Hindia-Belanda saat itu. Sebagai kakak kandung RA Kartini, ia juga terlibat dalam diskusi-diskusi keluarga tentang perubahan sosial, emansipasi, dan pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa.


Pendidikan dan Kehidupan di Eropa

Panji Sosrokartono menorehkan sejarah sebagai pribumi pertama yang kuliah di luar negeri. Pada tahun 1898, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Leiden, Belanda, sebuah prestasi besar di masanya. Leiden adalah universitas terkemuka, dan di sana Kartono menunjukkan kecemerlangan akademiknya. Ia bukan hanya diterima dengan baik di kalangan akademisi, tetapi juga menjadi kesayangan para dosen karena kecerdasannya yang luar biasa. Kartono mempelajari filsafat, sastra, dan bahasa, menunjukkan bakat linguistik yang menakjubkan dengan menguasai 27 bahasa asing dan 10 bahasa Nusantara.

Kecerdasannya yang fenomenal membuatnya mendapat perhatian luas. Ia dikenal sebagai "de mooie Sos" oleh para wanita Eropa, yang mengaguminya bukan hanya karena ketampanan fisiknya tetapi juga kecerdasan dan kepribadiannya yang memukau. Di kalangan cendekiawan Barat, ia dihormati sebagai "de Javaanse prins" (pangeran Jawa), sebuah gelar kehormatan yang menggambarkan kebangsawanannya sekaligus kemampuannya menembus batas-batas sosial dan budaya di Eropa.


Karier sebagai Wartawan Internasional

Setelah menyelesaikan studinya, Kartono melanjutkan perjalanan hidupnya dengan cara yang tidak kalah menarik. Pada tahun 1917, saat Perang Dunia I berkecamuk, Kartono menjadi wartawan perang untuk koran Amerika *The New York Herald* cabang Eropa. Posisi ini menjadikannya salah satu tokoh Asia pertama yang berperan aktif dalam media internasional pada masa itu. Pekerjaan ini mempertemukannya dengan berbagai pemimpin dunia dan membuatnya berada di garis depan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah dunia.

Salah satu kisah yang terkenal tentang kecerdasannya adalah ketika ia diterima bekerja di *The New York Herald* setelah lolos dari tes yang sangat sulit. Ia diminta memadatkan artikel panjang dalam bahasa Prancis ke dalam 30 kata dalam empat bahasa: Inggris, Spanyol, Rusia, dan Prancis. Kartono berhasil menyelesaikan tantangan itu dengan gemilang, membuktikan kapasitas luar biasanya dalam linguistik.

Di masa kerjanya sebagai wartawan, Kartono tidak hanya melaporkan peristiwa-peristiwa penting, tetapi juga berperan sebagai mediator dalam negosiasi-negosiasi diplomatik, berkat penguasaan bahasanya yang luas dan kemampuannya dalam memahami berbagai budaya. Pengaruhnya di dunia internasional menjadikannya salah satu figur Indonesia yang pertama kali dikenal secara global, meski sering kali namanya terlupakan dalam narasi sejarah nasional.


Sosok yang Merakyat dan Bersahaja

Meskipun Kartono hidup di kalangan intelektual dan aristokrat Eropa, ia tetap mempertahankan sikap yang merakyat. Di kalangan pribumi, ia lebih dikenal dengan panggilan "Kartono" tanpa embel-embel kebangsawanan, menunjukkan kesederhanaan dalam hidupnya. Terlepas dari popularitasnya di Eropa dan Amerika, Kartono selalu berusaha untuk tetap dekat dengan akar budaya dan bangsanya. Hal ini tercermin dalam kecintaannya pada bahasa dan kebudayaan Nusantara yang ia kuasai, serta kegiatannya dalam mempromosikan perdamaian dan kerja sama antarbangsa.

Setelah Perang Dunia I berakhir, Kartono kembali ke tanah air. Namun, berbeda dengan banyak intelektual pada zamannya yang memilih terjun ke politik atau menduduki posisi penting dalam pemerintahan kolonial, Kartono memilih jalur yang lebih spiritual. Ia menjalani hidup sebagai seorang penyembuh, mengabdikan dirinya pada pengobatan tradisional dan menyebarkan ajaran-ajaran moral dan kebijaksanaan hidup. Kesederhanaan dan pilihan hidupnya ini membuatnya semakin jarang terdengar dalam narasi sejarah nasional, meskipun pengaruhnya pada lingkup internasional sangat besar.


Pengaruh dan Warisan

Salah satu alasan mengapa Panji Sosrokartono sering kali disembunyikan dari sejarah resmi adalah karena pilihan hidupnya yang berbeda dengan kebanyakan tokoh perjuangan nasional lainnya. Ia tidak aktif dalam gerakan politik nasionalis seperti tokoh-tokoh sezamannya. Namun, kontribusi intelektualnya tidak bisa diremehkan. Ia adalah bukti hidup bahwa Indonesia memiliki sosok-sosok yang mampu bersaing di panggung internasional, bahkan di masa ketika bangsa ini masih terjajah.

Kartono juga meninggalkan warisan dalam bidang linguistik, diplomasi, dan spiritualitas. Ia adalah contoh dari sosok intelektual yang menggabungkan kecerdasan, kerendahan hati, dan pengabdian pada kemanusiaan. Meskipun kontribusinya jarang dibahas dalam buku-buku sejarah, Panji Sosrokartono tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama dalam hal pemahaman lintas budaya, diplomasi, dan kecintaan pada ilmu pengetahuan.

Panji Sosrokartono adalah pahlawan tersembunyi dari Jepara yang memiliki peran besar dalam sejarah dunia. Kecerdasannya yang luar biasa, penguasaannya dalam bahasa, serta kontribusinya sebagai wartawan perang dan mediator diplomatik, menjadikannya tokoh penting yang sering kali terlupakan dalam narasi sejarah Indonesia. Meskipun kehidupannya tidak selalu sejalan dengan arus perjuangan politik nasional, pengaruhnya dalam memperkenalkan Indonesia di panggung internasional patut diapresiasi.

Kartono adalah contoh nyata dari seorang pahlawan bersahaja yang memilih jalur hidup yang berbeda, namun tetap memberikan dampak besar bagi kemanusiaan dan dunia intelektual. Ia adalah simbol kecerdasan, kesederhanaan, dan pengabdian, dan warisannya sebagai sosok jenius dari Jepara akan tetap hidup, meskipun tersembunyi dari sebagian besar sejarah resmi bangsa.


tim liputan

Post a Comment for " Panji Sosrokartono: Si Jenius dari Jepara yang Tersembunyi dari Sejarah Bangsa"