Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

"The Jakarta Method": Tragedi 1965 dan Bayang-Bayang Geopolitik Dunia



Garistebal.com-  Vincent Bevins, dalam buku-nya The Jakarta Method, mengungkap sisi gelap sejarah Indonesia yang jarang dibicarakan secara mendalam di kancah internasional: pembantaian massal 1965-1966 yang menewaskan sekitar setengah juta orang. 

Namun, buku ini tidak hanya membahas tentang Indonesia, melainkan juga tentang dampak global dari peristiwa tersebut, dengan Amerika Serikat berada di balik layar sebagai salah satu aktor kunci. Melalui pendekatan jurnalistik dan historis yang mendalam, Bevins mengeksplorasi bagaimana kejadian ini menjadi cetak biru bagi strategi politik AS di negara-negara lain selama Perang Dingin.

Buku ini terbit pertama dengan judul “The Jakarta Method: Washington’s Anticommunist Crusade & The Mass Murder Program that Shape Our World” dalam format paperback berbahasa Inggris pada 2021 oleh penerbit PublicAffairs, Hachette Book Group, US. Kemudian versi terjemahan dalam Bahasa Indonesia terbit pertama pada Desember 2022 oleh penerbit Marjin Kiri. 


Pembantaian 1965 dalam Konteks Global dan Situasi Politik Domestik di AS

Bevins menunjukkan bahwa pembantaian 1965 di Indonesia bukanlah tragedi yang berdiri sendiri. Peristiwa ini adalah bagian dari strategi global Amerika Serikat dalam menahan laju komunisme. Dalam konteks Perang Dingin, Indonesia, dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai salah satu yang terbesar di dunia, dipandang sebagai ancaman potensial bagi pengaruh AS di Asia Tenggara. Melalui apa yang Bevins sebut sebagai "Metode Jakarta," AS memberikan dukungan intelijen, finansial, dan logistik kepada militer Indonesia yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto untuk menumpas PKI.

Bevins menjelaskan bahwa taktik yang sama kemudian diterapkan di berbagai belahan dunia. Operasi serupa dilancarkan di negara-negara Amerika Latin seperti Brasil, Chili, dan Argentina, di mana junta militer, dengan dukungan AS, menargetkan kaum kiri dan lawan-lawan politik. Dalam hal ini, The Jakarta Method menggambarkan bagaimana ideologi antikomunisme dijadikan justifikasi untuk kekerasan politik yang meluas dan pelanggaran hak asasi manusia.

Dalam memerangi komunisme di Indonesia, Chili, dan Brasil, Amerika Serikat (AS) tidak menggunakan pendekatan militer langsung seperti yang mereka lakukan di Vietnam karena adanya perbedaan konteks geopolitik, situasi domestik AS, dan pilihan strategi dalam Perang Dingin. 

Sementara situasi politik domestik di AS memperlihatkan bahwa perang Vietnam yang berlangsung dari 1955 hingga 1975, telah menyebabkan penurunan dukungan publik di AS terhadap keterlibatan militer langsung. Kerugian besar di medan perang dan meningkatnya jumlah korban jiwa memicu protes domestik yang kuat, meninggalkan trauma politik yang mendalam bagi bangsa Amerika. 

Setelah kegagalan di Vietnam, pemerintah AS menjadi lebih berhati-hati dalam intervensi langsung di konflik negara lain. Di masa Perang Dingin, strategi AS bergeser menuju operasi rahasia dan dukungan terhadap aktor lokal untuk memerangi komunisme, seperti yang terlihat di Indonesia, Chili, dan Brasil. Negara-negara ini dipandang sebagai proxy states yang bisa dikendalikan melalui intervensi tidak langsung, menjaga stabilitas domestik AS dengan menghindari konflik besar seperti di Vietnam. 

Sebagaimana kutipan di kata pengantar buku ini, “Indonesia likely fell of the proverbial map because the events og 1965-1966 were such a complete success for Washington. No US soldiers died, and no one at home was ever in danger”. 

Skandal politik seperti Watergate semakin memperkuat ketidakmampuan AS untuk terlibat dalam perang besar lainnya, namun dukungan CIA terhadap operasi rahasia tetap berlanjut, termasuk di Chili dan Brasil, dalam rangka menekan pengaruh komunisme di kawasan tersebut.


Peran USA dan Penyebaran "Metode Jakarta"

Peran Amerika Serikat di balik kudeta ini tidak bisa dianggap sepele. Bevins membeberkan bukti keterlibatan CIA yang memberikan daftar tokoh-tokoh PKI kepada militer Indonesia untuk dieksekusi. Buku ini mengungkap bagaimana AS menggunakan taktik serupa di berbagai negara dalam upaya mempertahankan hegemoni globalnya. Negara-negara yang menjadi target biasanya mengalami kekerasan politik, pembantaian massal, dan penghapusan lawan-lawan politik yang dituduh komunis. Contoh nyata dari implementasi "Metode Jakarta" adalah kudeta di Chile yang menumbangkan Salvador Allende pada 1973.

Sebagaimana dikutip buku ini dari pidato Nixon beberapa hari setelah Allende terpilih, “Just days after Allende was elected, President Nixon convened his National Security Council, Nixon said:........We’ll be very cool and very correct, but doing these other things which will be a real message to Allende and others…..No impression should be permitted in Latin America that they can get away with this.”

Kutipan diatas menjadi relevan ketika kita menghubungkan kejadian di Indonesia dengan kebijakan luar negeri AS di negara-negara berkembang lainnya terutama di Amerika Latin, Bevins menciptakan narasi yang mengerikan tentang bagaimana politik kekerasan direkayasa demi kepentingan geopolitik.


Warisan Bagi Konstelasi Politik dan Ekonomi Dunia Saat Ini

Warisan dari Metode Jakarta masih terasa hingga hari ini. Konstelasi politik dan ekonomi dunia saat ini banyak dipengaruhi oleh strategi AS selama Perang Dingin. Negara-negara yang terkena dampak "Metode Jakarta" seringkali masih berjuang dengan luka-luka sejarah yang belum sembuh. Oligarki, kemiskinan, serta ketidakadilan politik dan sosial adalah beberapa warisan nyata dari intervensi tersebut.

Bagi Indonesia sendiri, warisan dari peristiwa ini sangat mendalam. Soeharto memerintah Indonesia selama lebih dari tiga dekade dengan tangan besi, dan selama itu pula Indonesia mengalami represi politik, termasuk larangan diskusi terbuka mengenai PKI dan pembantaian 1965. Dalam konteks global, ketergantungan negara berkembang pada kekuatan ekonomi besar seperti AS, ketimpangan kekayaan, dan ketidakadilan struktural sering kali merupakan sisa-sisa dari strategi geopolitik Perang Dingin.


Pelajaran bagi Politisi Modern

Pelajaran penting yang bisa diambil dari “The Jakarta Method” adalah bagaimana kekuasaan yang tidak terkendali, apalagi didukung oleh kepentingan asing, dapat berujung pada kekerasan yang brutal dan pelanggaran hak asasi manusia. Bagi politisi modern, penting untuk mengingat bahwa politik kekerasan dan represi terhadap lawan politik tidak hanya merusak tatanan sosial, tetapi juga meninggalkan luka sejarah yang mendalam bagi masyarakat.

Politisi saat ini harus mengedepankan diplomasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, serta upaya untuk menyelesaikan konflik secara damai. Jika kekerasan dan penindasan politik terus dibiarkan, maka kita hanya akan mengulangi siklus tragis yang sama, seperti yang terjadi di Indonesia dan negara-negara lain yang menjadi korban Metode Jakarta.

Overall buku “The Jakarta Method” memberikan wawasan yang sangat diperlukan tentang bagaimana kekerasan politik terorganisir bisa menghancurkan negara dan masyarakat. Vincent Bevins berhasil menunjukkan bahwa peristiwa 1965 bukan hanya sejarah kelam Indonesia, tetapi juga bagian dari dinamika global yang lebih besar, di mana ideologi dan kekuasaan mempengaruhi nasib jutaan orang. Untuk memastikan tragedi semacam ini tidak terulang, politisi dan masyarakat global perlu belajar dari sejarah dan menolak kekerasan sebagai alat politik. 

Penulis: Denny Septiviant - Politisi PKB

Post a Comment for ""The Jakarta Method": Tragedi 1965 dan Bayang-Bayang Geopolitik Dunia"