Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lukisan-Lukisan Yang Mengajak Berpikir dari Prof Tjetjep



 Garistebal.com- Prof Dr Tjejep Rohendi Rohidi, guru besar seni rupa Unnes menggelar pameran tunggal di Kedai Kopi Kang Putu, dusun Gebyog Gunungpati Semarang. Ini sebuah langkah berani karena lukisan yang dipamerkan adalah lukisan abstrak yang sulit dipahami.

Lukisan-lukisan berbagai ukuran itu menghadirkan komposisi visual dan warna yang menghadirkan impresi, mengundang interpretasi, sekaligus menyampaikan pesan-pesan, tanpa terikat oleh obyek alam nyata dan unsur verbal.  

Édouard Manet (1832 – 1883) salah satu seniman abad ke-19 yang pertama kali melukis kehidupan modern, dan tokoh penting dalam transisi dari Realisme ke Impresionisme. Manet pernah menyampaikan bahwa untuk memahami sebuah lukisan, bukanlah soal “apa” namun melihat dari perspektif “bagaimana”.

Karya yang ditampilkan Prof Tjetjep bukan karya dalam satu dua tahun saja. Prof Tjetjep menyebut ia melukis tak sekali jadi 

"Biasanya kemudian ada respon terhadap bidang, garis, warna yang sudah dibentuk dulu. Jadi bukan gaya melukis sekali jadi," katanya.

Fakta ini menunjukkan bahwa Prof Tjetjep adalah seorang yang sarat dengan gagasan dan keranjingan bereksplorasi seni. 

Lukisan-lukisan yang dipajang tak menyertakan judul. Bukan tanpa sengaja, namun kali ini kesengajaan itu untuk meningkatkan efek kejut: berpikir!

Penyair dan penulis Timur Sinar Suprabana menyebut bahwa Prof Tjetjep adalah pembawa tradisi baru di kalangan pelukis Semarang. 

"Pelukis Semarang saat itu sangat dahsyat secara teknis, namun bodoh. Ketika masalah teknis sudah sangat dikuasai, tak tahu harus bagaimana," katanya.

Lukisan Prof Tjetjep juga tak terikat dengan satu teknik. Ia bisa memanfaatkan kertas bekas kalender, karung goni, dan lain-lain. Pun dengan cat. Ada yang menggunakan cat Acrylic, cat tembok, cat lukis murah, bahkan aspal hitam.

"Bagi saya, ketika masalah teknis sudah selesai, saya harus menemukan daya ungkap baru yang lebih substansial," katanya.

Melihat lukisan Prof Tjetjep Rohendi Rohidi, memaksa untuk berpikir. Mulai dari berpikir yang ringan dan mengembangkan imajinasi sekelas menebak bentuk, hingga berpikir tentang kehidupan yang sangat kompleks, bahkan sampai pada titik spiritual yang memberi penyadaran.

Ucapan Timur Sinar Suprabana bahwa Prof Tjetjep membawa tradisi berpikir menjadi meluas, bukan sekadar mengajak para pelukis biasa berpikir, namun juga para pengunjung yang melihat lukisan Prof Tjetjep juga ikut berpikir.

Lukisannya sering menggunakan warna-warna mencolok. Meski demikian ada beberapa pola yang bisa dibaca.

Pertama, sapuan bebas warna-warna cemerlang saling tindih, menciptakan lapisan-lapisan warna  merah, hijau, kuning, biru terang berseling dengan hitam, putih, dan abu-abu. Lapisan-lapisan cat tebal itu menciptakan goresan-goresan ekspresif penuh tenaga dan emosi kuat. Ada paduan beberapa nada warna merah dan hijau, kuning, oranye, dan hitam, yang khas warna Prof Tjetjep.

"Iya, teknik hanya untuk menuntaskan. Bagaimana caranya agar warna-warna itu bisa muncul. Merah ya merah, biru ya biru, tentunya ada tekniknya," katanya.

Pola kedua adalah goresan dan sapuan cat yang hampir sama penuh energi berpadu dengan percikan dan bercak cat. Dalam pola yang ditemukan ini, ada pengendalian warna yang sangat selektif. Warna-warna hitam, biru dan hijau yang dominan dan menjadi latarnya, ditindih noktah kuning atau torehan garis putih. Ada juga lukisan pada lukisan dengan sapuan-sapuan lebar aneka arah, berdampingan atau tumpang tindih.

Pola ketiga yang bisa ditemukan adalah  sapuan-sapuan lebar menggunakan warna-warna tajam tetapi membentuk bidang-bidang luas nyaris rata, merah, biru, hijau, kuning.  Lalu dimunculkan bersit-bersit garis atau deretan titik yang ditata imbang dan ritmis.  Dalam pola ketiga ini, arah sapuan lebih terkendali, cenderung mendatar dan tegak, atau membentuk petak-petak. Tetapi bukan petak-petak geometri presisi seperti pada lukisan Mondrian atau Malevich, melainkan bertepi lebih bebas, soft, macam field-painting-nya Mark Rothko.

Bidang-bidang sapuan lebar dibiarkan tetap polos, sebagian diisi dengan torehan garis-garis bersilangan atau gores-gores kuas, membangun raut geometris. 

Berbagai komposisi elemen-elemen rupa sepertinya menorehkan pesan-pesan verbal. Mulai pesan eksistensial model Descartes hingga pesan cinta.

Prof Tjetjep rupanya ingin mewujudkan bahwa ungkapan elemen rupa berikut cara penataannya dalam komposisi visual, mampu menghadirkan impresi, mengundang interpretasi, sekaligus dapat menitipkan pesan-pesan, tanpa terikat oleh obyek alam nyata dan unsur verbal.

Liputan : Edhie Prayitno Ige


Post a Comment for "Lukisan-Lukisan Yang Mengajak Berpikir dari Prof Tjetjep "