Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Film Kartu Keluarga, Realitas Nyata Dominasi Kuasa Pendidikan di Negara Kita



 Garistebal.com- Tiga pekan ini Netflik telah merilis serial drama komedi keluarga Indonesia Berjudul Kartu Keluarga. Film ini mengisahkan  kondisi realitas masyarakat kita setiap tahun, yang selalu mengalami problem sistem zonasi, saat anaknya mendaftarkan sekolah baru.

film Produksi Screenmedia films ini menjelaskan peristiwa dan siasat orang tua, yang tak kuasa melawan dominasi kuasa pendidikan yang tegas dan memaksa, demi anak. Sutradara Sukhdev Sigh, mampu memotret masalah zonasi pendidikan, dengan cara membumi, renyah dan mengulum senyum, lewat adegan-adegan orisinil, ndeso, dengan setting kehidupan Yogyakarta.

Kartu Keluarga yang dibintangi oleh aktor dan aktris ternama Tanah Air, yakni Dimas Anggara dan Bunga Zainal. Mengangkat kisah tentang perjuangan seorang wanita bernama Sri Widuri. Dia adalah ibu tunggal dari putra semata wayangnya yang bernama Jarot. Sebagai seorang ibu dan ayah, Sri selalu mengusahakan pendidikan terbaik untuk anaknya.

Namun, Sri harus memutar otak ketika anak satu-satunya itu akan masuk ke sekolah menengah pertama (SMP). Pasalnya, SMP favorit yang diinginkan Jarot berlokasi di kecamatan yang berbeda dari domisili atau alamat tempat tinggal mereka. Jarot pun terkendala sistem zonasi untuk mendaftar ke sekolah tersebut.

Di tengah keputusasaan ibu satu anak itu, Sri bertemu dengan seorang pengusaha batik pria bernama Ambardi. Dia tinggal di kecamatan yang sama dengan sekolah yang diincar Jarot.

Mengetahui hal itu, Sri pun memiliki ide yang cukup berani. Dia ingin menikah secara pura-pura dengan Ambardi, agar dapat pindah domisili dalam Kartu Keluarga. Nantinya, Kartu Keluarga itu akan digunakan Sri untuk mendaftarkan sekolah Jarot.

Pernikahan pura-pura yang dijalani Sri dan Ambardi inilah yang akhirnya membawa masalah menjadi berkepanjangan dan berlarut-larut melibatkan banyak orang, muncul rintangan, kesalahpahaman dan membuat ribut satu kampung. Berbagai hal lucu pun terjadi di kehidupan baru keluarga kecil itu.

Film berdurasi 45 menit per episode, menempuh rentang 8 episode layak ditonton sebagai hiburan semata. Sebab pada praktiknya siasat Zonasi sistem pendidikan kita saat ini,  lebih buruk dari film Kartu Keluarga. 

Penulis: Ardiyansyah, pemerhati film


Post a Comment for "Film Kartu Keluarga, Realitas Nyata Dominasi Kuasa Pendidikan di Negara Kita"