Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Langit Masih Berharap Cahaya, Meski Bergaji Rendah



 Kota Semarang, malam ini menyuguhkan banyak kegiatan kebudayaan. Mulai Sabtu pagi hari, berlangsung ritual Buka Luwur Sunan Pandanaran di Mugas, berlanjut sorenya, digelar Pandanaran Art Festival, di kota lama. Dan satu lagi kegiatan, yakni pertunjukan teater berjudul Liang Langit, di Auditorium RRI Semarang. 

Keramaian kegiatan kesenian, ternyata tidak memecah konsentrasi para penikmat teater. Terbukti, ruang Auditorium, baik di lantai bawah dan atas, penuh sesak pengunjung. 

Lakon teater berjudul Liang Langit dipentaskan oleh Teater Djarum. Seluruh pemeran pentas tersebut adalah karyawan PT Djarum. Meski baru lahir setahun lalu, tepatnya 21 April tahun 2023 ternyata teater Djarum menunjukkan produktivitas berkarya. Tercatat, ada dua lakon teater karya mereka yang pernah dipertunjukkan keliling kota.  Yakni Petuah Tampah dan Nara. Kedua pertunjukkan itu, mengangkat kearifan lokal dalam pertarungan budaya yang sengit. 

Liang Langit adalah naskah karya Asa Jatmiko. Asa sekaligus menjadi sutradara dalam pertunjukkan tersebut. 

Lakon Liang Langit menceritakan sebuah realita kehidupan dan kesenjangan ekonomi yang dialami sepasang suami istri, Langit dan Sri.

Langit yang berasal dari orang kuliahan hanya mampu bekerja dengan gaji yang rendah. Padahal pekerjaannya sebagai pembersih kaca di gedung bertingkat beresiko tinggi, bahkan mempertaruhkan jiwa raganya. Bagi Langit, pendidikan tinggi ternyata tak bisa menjadi jaminan akan nasibnya.

Sang istri yang hamil tua itu sering memberikan saran agar mencari pekerjaan lain yang lebih baik  dan tentunya dengan gaji yang lebih layak. Namun usaha Langit tidak juga membuahkan hasil, hutang demi hutang kian menumpuk demi mencukupi kebutuhan hidup. 

Ideologi kritis yang terbentuk di diri Langit sejak dari mahasiswa, membuat dirinya semakin banyak persoalan.  Seorang teman aktivis semasa kuliah Rohaya,  pernah menawarkan pekerjaan kepada Langit dengan syarat sikap kritis dan idiologis yang melekat padanya harus dibuang dan ditinggalkan. Namun langit menggelengkan kepala pertanda tidak sudi untuk menjadi pecundang.

Gejolak batin akibat tekanan ekonomi semakit hebat dan rasa putus asa membuat Langit mengalami depresi. Sementara teman dan keluarga sudah menjauhinya.

Meski sudah tidak mampu lagi menjadi kaya, Langit masih berharap ada cahaya pada Langit, untuk menjadi orang yang berguna.

Pertunjukkan teater Djarum ini sungguh apik. Ditambah penggunaan lighting dan suara yang pas, mendukung dramatik karya yang dipentaskan. 

Semarang, 27-07-2024


Penulis:  Syarief Rahmadi, Budayawan



Post a Comment for "Ketika Langit Masih Berharap Cahaya, Meski Bergaji Rendah"