"Flor De La mar", Kapal Bermuatan 60 Ton Emas Yang Karam Di Laut Aceh
Flor de la Mar (Bunga Laut, dieja Frol de la Mar dalam kronik Portugis abad ke-16) adalah perahu ( carrack) Portugis yang selama sembilan tahun berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa penting di Samudera Hindia.
Flor de la Mar dibangun di Lisbon pada tahun 1502, menjadi salah satu kapal terbaik di masanya. Dengan berat 400 ton, kapal ini merupakan kapal karak terbesar yang pernah dibuat, hampir dua kali ukuran kapal terbesar yang pernah berlayar sebelumnya.
Kapal ini melakukan perjalanan perdananya dari Portugal ke India pada tahun 1502, di bawah komando Estevão da Gama , sepupu Vasco da Gama .
Di bawah perintah Afonso de Albuquerque, Flor de la Mar mendukung penaklukan Goa pada tahun 1510 serta penaklukan Malaka pada tahun 1511.
Flor de la Mar adalah salah satu kapal terlama yang beroperasi di India. Namun, layanannya sebagai kapal kargo masih jauh dari harapan. Sangat tidak layak laut saat membawa muatan penuh.
Meskipun sudah dianggap tidak aman, Flor de la Mar bertugas mendukung penaklukan Malaka, yang saat itu merupakan pusat perdagangan terbesar di Hindia Timur.
Mengingat kapasitasnya yang besar, Afonso de Albuquerque memutuskan menggunakan kapal tersebut untuk mengangkut harta karun besar berupa 60 ton emas yang dijarah dari istana Sultan Malaka kembali ke Portugal.
Akhir tahun 1511, Flor de la Mar dimuati 60 ton emas. Albuquerque sebagai nakhoda tertinggi rombongan memerintahkan segera angkat jangkar dari Malaka untuk menyetor jarahan ke Portugis. Kapal Flor de la Mar dan kapal-kapal pengiringnya pun meninggalkan Malaka. Namun, badai menyinggahi Flor de la Mar yang sedang berlayar di perairan Pedir, daerah Pidie, Aceh Barat. Kapal akhirnya karam.
Afonso de Albuquerque diselamatkan dalam kondisi yang sangat buruk, dengan menggunakan rakit darurat, namun muatannya hilang tak dapat ditemukan. Lebih dari 400 orang di dalamnya juga hilang.
"Uang emas, perak, tembaga, dan timah dari Malaka, kebanyakan uang logam timah hilang dalam Flor de la Mar," tulis Afonso dalam laporan panjangnya dengan penuh duka.
Amirul Hadi dalam Respons Islam terhadap hegemoni Barat: Aceh versus Portugis (2006:65) mengutip FC Danver terkait harta dalam kapal FLor de la Mar itu, apa yang dibawa Afonso Albuquerque dkk itu adalah harta rampasan yang termahal yang pernah diperoleh oleh Portugis semenjak mereka tiba di India.
Hingga saat ini Flor de la Mar masih belum ditemukan di dasar laut. Upaya untuk menemukan dan menyelamatkan bangkai kapal tersebut telah menjadi penyebab kontroversi antara Portugal, Indonesia dan Malaysia.
penulis: Marjafri, founder komunitas anak nagari, Sawahlunto
Post a Comment for " "Flor De La mar", Kapal Bermuatan 60 Ton Emas Yang Karam Di Laut Aceh"