Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Episode Kedua Tarik Tambang: Katanya Jawaban Langsung dari Tuhan



Setelah lama tak ada kabar, tiba-tiba ormas Islam paling kaya, Muhammadiyah merebut kolom headline media. Dikabarkan bahwa Muhammadiyah menerima pembagian izin pengelolaan tambang. Apalagi sebelumnya narasi penolakan justru paling kuat.

Saya tak berada dalam kapasitas menilai sikap Muhammadiyah ini. Namun saya kemudian mengandaikan diri sebagai kader atau bahkan pengurus. Saya selami benar keputusan ini.

Bagi saya, tambang adalah bukti kebangkitan “wilayah penuh berkah". Jadi ini adalah sebuah kebangkitan kesadaran bahwa alam memang harus dieksploitasi untuk manusia. Dasarnya tentu bukan kebangkitan spiritual, melainkan kebangkitan tambang.

Dalam wawancara dengan Tirto, M Azrul Tanjung, Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, sebenarnya keputusan itu belum resmi diumumkan.

"Kita tunggu nanti siapa yang diberikan mandat, apakah memang Buya Anwar yang sudah diberi mandat, saya belum tahu [...] Kita tunggulah, mungkin Minggu depan atau bahkan tidak diumumkan," katanya.

Tiba-tiba saya membayangkan pengalaman spiritual para pengambil keputusan itu.

Dalam sebuah rapat, salah satu pengurus menyampaikan bahwa konsesi tambang itu adalah jawaban langsung dari Tuhan.

"Ini adalah jawaban doa. Tuhan telah memberikan kita izin untuk menggali kekayaan alam sebagai bagian dari misi kita," katanya.

Yang lain manggut-manggut sambil menyeruput teh hangat.

"Benar. Kita harus yakin bahwa setiap tambang yang kita buka adalah langkah menuju penyebaran berkat yang lebih besar. Kita sekarang bisa memperluas jangkauan misi. Jika sebelumnya hanya surga yang masih belum pernah kita tahu, akan menuju ke perut bumi," sambung yang lain.

Sejak menerima konsesi itu, maka Muhammadiyah kemudian menyesuaikan rutinitas keagamaan mereka. Salat Jumat sekarang akan ditutup dengan doa syukur untuk meresapi udara yang makin penuh debu tambang.

Setiap ton mineral yang dikeluarkan dari perut bumi akan disambut dengan ucapan Alhamdulillah dan takbir. Diciptakan pula motto baru dari "Islam Berkemajuan" menjadi “Islam Berkemauan".

Motto baru ini dengan cepat menjadi mantra dalam ibadah, lengkap dengan t-shirt dan mug bertema tambang.

Lalu sebagaimana disampaikan M Azrul Tanjung, tentu ada kader yang berbeda pendapat. Dalam imajinasi saya, mereka adalah anggota yang konservatif. Bahkan dalam sebuah pertemuan terlahir pula pertanyaan kritis.

“Bagaimana bisa kegiatan yang merusak lingkungan ini menjadi berkah?” tanya kaum konservatif ini.

“Tuhan pasti telah menciptakan bumi dan tambang ini dengan tujuan mulia, minimal untuk menambah koleksi kolektif doa kita. Pada gilirannya doa kolektif itu akan menyatukan kita sebagai umat," jawaban ini datang dari kaum moderat.

Lalu dimulailah aktivitas penambangan itu. Hutan yang dulunya hijau kini berubah menjadi lahan gundul, sementara komunitas lokal mengalami perubahan signifikan dalam kualitas hidup mereka.

Maka muncullah gerakan baru untuk memperbaiki kerusakan itu. Dimulai dari menambah daftar kosa doa, hingga mobilisasi dana dari umat.

Sementara itu, para pakar lingkungan di internal Muhammadiyah mulai menyuarakan agar Muhammadiyah merevisi filosofi gerakan.

"Sejatinya diksi berkah bagi organisasi keagamaan akan lebih tepat jika diterjemahkan sebagai konservasi, bukan eksploitasi. Artinya, izin konsesi tambang memang diterima, jika perlu sebanyak mungkin. Namun izin itu tak difungsikan untuk eksploitasi, malahan untuk mencegah penguasaan dan monopoli kaum tertentu," kata para pakar lingkungan hidup di muhamadiyah.

Tapi yang terjadi, kekuatan doa dan cuan mineral memang tak terlawan. Perkawinan iman dan industri sudah terlanjur mengalir dalam urat nadi. Karena tambang itu enak, merusak itu mudah.

Saya akhirnya hanya diam merenungi nasib, membiarkan isi otak bertualang secara liar.

"Benarkah tambang adalah menggali berkah atau sekadar memindahkan bumi demi kepentingan kita sendiri?" pertanyaan dari kepala saya membentur dinding kotak beras yang ternyata sudah kosong.

Semoga Muhammadiyah berhasil menemukan keseimbangan antara iman dan tambang. Minimal menyiapkan anggaran untuk pemulihan lingkungan sambil terus mempromosikan kebangkitan berkah mereka.


Penulis: Edhie Prayitno Ige, Budayawan


Post a Comment for "Episode Kedua Tarik Tambang: Katanya Jawaban Langsung dari Tuhan"